BERITA-INDO.ID – Dunia memasuki tahun 2025 dengan kekhawatiran besar tentang pemanasan global. Para ilmuwan memperingatkan bahwa tren peningkatan suhu bumi terus berlanjut, membawa dampak yang semakin nyata pada kehidupan manusia dan lingkungan.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat lebih dari 1,2 derajat Celsius sejak era pra-industri. Angka ini semakin mendekati ambang batas kritis 1,5 derajat Celsius yang disepakati dalam Paris Agreement. Jika tidak ada tindakan nyata, efek domino pemanasan global dapat menjadi tidak terkendali.
Bencana yang Semakin Dekat
Gelombang panas ekstrem telah melanda berbagai belahan dunia, memecahkan rekor suhu di beberapa negara. Di Indonesia, musim hujan yang tak menentu membuat petani kesulitan menentukan waktu tanam, sementara daerah pesisir seperti Pantai Losari menghadapi ancaman banjir rob yang lebih sering.
Selain itu, pencairan es di Kutub Utara dan Selatan terus mempercepat kenaikan permukaan laut. Laporan PBB menyebutkan bahwa jutaan orang di daerah pesisir dunia berisiko kehilangan tempat tinggal dalam beberapa dekade mendatang.
Lingkungan dalam Bahaya
Ekosistem global pun tak luput dari dampak. Terumbu karang, yang menjadi sumber kehidupan bagi jutaan spesies laut, menghadapi ancaman pemutihan massal akibat peningkatan suhu laut. Di hutan tropis, perubahan iklim memicu kebakaran hutan lebih sering, mengancam keanekaragaman hayati yang menjadi penopang kehidupan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Meski tantangan besar, harapan masih ada. Transisi ke energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin semakin berkembang, sementara inisiatif untuk menanam kembali hutan dan mengurangi limbah plastik mulai menunjukkan hasil. Namun, langkah ini perlu diakselerasi dan melibatkan lebih banyak pihak, dari pemerintah hingga individu.
“Pemanasan global bukan sekadar ancaman masa depan; ini adalah kenyataan yang kita hadapi sekarang. Kita tidak bisa hanya menunggu solusi datang, semua orang harus berperan,” ujar seorang pakar iklim dari Lembaga Riset Indonesia.
Dengan komitmen kolektif, 2025 bisa menjadi titik balik dalam perjuangan melawan krisis iklim. Pertanyaannya adalah: apakah dunia siap untuk bertindak sebelum terlambat?(Arif)