BERITA-INDO.ID —Di Zaman sekarang Ai (Artificial Intelligence) atau biasa di sebut kecerdasan buatan merupakan sesuatu yang tidak asing di telinga kita, tapi pernahkah anda memikirkan bagaimana asal usul kelahiran Ai atau kecerdasan buatan?
Sejak ribuan tahun lalu, manusia telah bermimpi menciptakan sesuatu yang mampu berpikir seperti mereka.
Pada era Yunani Kuno, Aristoteles menciptakan logika formal, landasan untuk algoritma modern. Di Abad Pertengahan, para ilmuwan mengembangkan mesin otomatis, seperti jam mekanik, yang menunjukkan potensi teknologi untuk melaksanakan tugas tersebut
Pada awal abad ke-20, matematika menjadi kunci perkembangan AI. Matematikawan seperti Alan Turing memperkenalkan konsep mesin Turing, alat teoritis yang mampu menjalankan algoritma. Pada 1950, Turing mencetuskan ide Tes Turing, sebuah metode untuk menentukan apakah mesin bisa dianggap “cerdas.”
Lompatan besar terjadi pada 1956, saat konferensi Dartmouth di Amerika Serikat. Pada momen ini, istilah “Artificial Intelligence” diciptakan oleh John McCarthy, menandai AI sebagai bidang studi ilmiah.
Pada tahun 1960-1980, para peneliti menciptakan sistem AI awal yang mampu bermain catur atau memecahkan masalah matematika. Namun, keterbatasan daya komputasi dan kurangnya data memicu era “AI Winter,” ketika pendanaan dan minat terhadap AI menurun drastis.
Memasuki 1990-an, kemajuan teknologi mulai menghidupkan kembali AI. Penemuan algoritma machine learning memungkinkan komputer belajar dari data. Ditambah lagi, kemunculan internet dan big data memberikan akses ke jumlah data yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Teknologi deep learning, yang menggunakan jaringan saraf tiruan, membawa AI ke tingkat baru. Kini, AI mampu melakukan tugas rumit seperti pengenalan wajah, analisis data medis, hingga mengemudi mobil tanpa pengemudi.
Saat ini, AI digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari chatbot seperti ChatGPT, sistem kesehatan berbasis AI, hingga teknologi robotika. Di balik kemajuan ini, muncul tantangan baru, seperti etika, keamanan, dan dampaknya terhadap pekerjaan manusia.
“AI adalah puncak dari perjalanan panjang inovasi manusia. Namun, tanggung jawab kita adalah memastikan penggunaannya membawa manfaat bagi semua,” kata Dr. Ahmad Santoso, pakar teknologi dari Universitas Indonesia.
Dengan terus berkembangnya AI, dunia memasuki era di mana mesin tidak hanya menjalankan perintah, tetapi juga berpikir dan belajar. Namun, apakah ini akan menjadi era keemasan atau justru tantangan besar bagi manusia? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.(Arif)